Thursday, January 23, 2014

An Afternoon on Kapuas River

Sejak pertama kali mendengar tentang adanya kapal wisata yang menyusuri Sungai Kapuas di Pontianak, Kalimantan Barat, saya langsung tertarik. Waktu kecil saya memang sudah pernah merasakan sensasi mengarungi sungai terpanjang di Indonesia ini, di atas kapal milik ayah. Masih segar dalam ingatan saya, acara makan bersama yang hanya berupa nasi putih dengan lauk sayur kol di atas geladak kapal serasa sedang menyantap menu santapan raja. Luar biasa nikmat. Yang mungkin mendekati pengalaman kuliner berharga tersebut adalah ketika bersama teman-teman menyantap mie instant rebus di tengah suhu dingin Puncak.

Jadi river cruise kali ini akan sedikit banyak membawa nostalgia. Tetapi ternyata untuk menikmati kembali kenangan indah di atas sungai ini tidak sesederhana yang saya bayangkan. Saya sampai harus menyambangi area alun-alun di tepi sungai untuk naik kapal ini tiga kali. Kali pertama, agenda ini saya batalkan karena kapal sedang sepi penumpang. Mungkin dalam hati Anda bertanya, tujuan saya naik kapal ini sebenarnya untuk people watching atau bagaimana? Kok harus batal naik hanya karena penumpang sepi? Begini, mungkin atas dasar efisiensi biaya operasional, kapal tidak akan berangkat sampai kuota minimal 30 penumpang terpenuhi. Kalau di akhir pekan, kuota tersebut naik menjadi 40-50 penumpang. Berhubung waktu itu tidak ada penumpang satupun, dan pengunjung alun-alun pun sangat sedikit, mungkin saya harus menunggu berjam-jam sampai penumpang kapal mencapai kuota minimal. Karena alasan inilah saya akhirnya membatalkan agenda river cruise saya. Sebenarnya saya bisa saja memcarter kapal untuk saya nikmati sendiri dengan membayar beberapa ratus ribu rupiah, tapi tidak saya lakukan karena kurang sesuai dengan filosofi budget travelling yang saya anut selama ini :) Ongkos normal untuk naik kapal adalah Rp. 10.000 per penumpang.

Kali kedua, saya mencoba mensiasati kendala ini dengan mengunjungi alun-alun di hari Sabtu sore. Ketika sampai di tempat, saya sempat optimis karena melihat pengunjung alun-alun cukup ramai. Tetapi rasa optimisme saya mendapat sedikit tantangan karena ternyata pengunjung alun-alun yang ramai tidak otomatis berarti penumpang kapal juga pasti ramai. Sama sekali belum ada penumpang yang menaiki kapal yang sedang standby. Setelah menunggu lebih dari setengah jam, saya memutuskan untuk ngobrol dengan salah seorang crew kapal. Dari pembicaraan santai inilah akhirnya saya ketahui bahwa peak time atau waktu penumpang kapal yang paling ramai adalah di hari Minggu atau hari libur. Setelah perbincangan singkat ini, saya memutuskan untuk coba menunggu lagi beberapa saat. Tapi kemudian muncul kendala lain, cuaca. Langit Sabtu itu yang memang sedikit mendung mendadak berubah menjadi gelap sebelum akhirnya turun hujan gerimis. Berhubung di alun-alun tidak ada tempat berteduh, dan hujan yang pastinya akan mengganggu agenda travelling di atas sungai sambil foto-foto, saya kembali terpaksa membatalkan niat untuk melakukan river cruise ini. Tapi dalam hati saya sudah bertekad untuk datang kembali besok sore kalau memang cuaca mendukung.

Keesokan harinya, alam semesta seakan-akan mendengar dan mendukung rencana saya. Cuaca Minggu sore itu cukup cerah dan bersahabat. Saya langsung menyambar tas backpack yang sudah saya siapkan dari kemarin dan berangkat ke lokasi. Seperti hari sebelumnya, alun-alun juga dipadati pengunjung. Hanya saja kali ini ada sedikit pemandangan berbeda yang membuat saya bernafas lega. Seperti informasi yang saya dapatkan, kali ini kapal sudah terisi oleh sejumlah penumpang. Saya langsung masuk ke dalam kapal untuk menunggu. Saya memilih posisi tempat duduk di sisi kiri kapal. Tempat duduk di atas kapal ada dua jenis, di bagian tengah kapal diisi kursi dengan sandaran dan meja untuk penumpang yang ingin ikut cruise sambil menyantap makanan. Di atas kapal ini memang terdapat area yang menjual aneka makanan dan minuman. Jenis tempat duduk kedua adalah “bangku bakso” yang disusun di keempat sisi kapal: depan, belakang, kiri dan kanan.






Belum lama saya duduk, masuk rombongan ibu-ibu yang jumlahnya cukup banyak. Berhubung di area dekat tempat duduk saya masing cukup banyak bangku kosong, saya diminta oleh crew kapal untuk pindah ke area depan kapal supaya rombongan ibu-ibu ini bisa menempati area tersebut. No big deal. Malah saya patut bersyukur karena angle untuk mengambil foto lebih luas di area depan kapal. Setelah kuota penumpang yang waktu itu mencapai kurang lebih 50 orang tercapai, kapalpun berangkat. Di awal cruise penumpang kapal disuguhi pemandangan kapal-kapal yang sedang berlayar di sungai sore itu maupun yang sedang standby di tepi sungai. Pemandangan lainnya adalah pemukiman penduduk yang bervariasi antara bangunan yang masih terlihat cukup baru sampai ke bangunan-bangunan lama yang sepertinya sudah layak direnovasi. Pemandangan yang agak istimewa baru terlihat ketika kapal mendekati jembatan Kapuas I. Sinar matahari sore yang melatari jembatan memberikan nuansa tersendiri yang bagi saya merupakan highlight cruise ini. Saya jadi teringat dengan pengalaman naik cruise melintasi Harbour Bridge di Sydney. Beberapa ratus meter setelah melewati jembatan, kapalpun berputar balik untuk kembali ke alun-alun.




Secara keseluruhan, nostalgia menyusuri Sungai Kapuas sore itu cukup berkesan. Saya sangat merekomendasikan kepada siapapun yang belum pernah naik cruise ini untuk mencobanya minimal sekali. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 40 menit ini sama sekali tidak terasa membosankan bagi saya, meskipun sebagai penduduk lokal pemandangan-pemandangan yang saya lihat selama cruise tidak bisa dibilang baru. Jadi jangan lupa untuk mencantumkan agenda ini ke dalam to do list Anda ketika berkunjung ke kota ini. Trust me, it’s a worthwhile experience.

- SW -

No comments:

Post a Comment