Saturday, May 31, 2014

China Trip - Day 6 : Shanghai – Wuxi

Good morning Shanghai! Pagi ini kami akan mengunjungi salah satu icon kota Shanghai yang paling terkenal, Menara TV Shanghai. Ruang makan hotel cukup luas dan juga bergaya minimalis dan modern, just nice. Breakfast di Holiday Inn Express Shanghai ini cukup memuaskan, terutama bakpao manisnya. Dalam sekejap saja bakpao manis ini sudah habis disikat para tamu, dan saya harus menunggu cukup lama untuk ‘refill’. Maklum, belum puas makan karena pertama kali saya hanya ambil sedikit, dan juga faktor ukuran bakpao ini yang kecil. Tapi paling tidak penantian saya tidak sia-sia, karena sebelum jam makan berakhir dan harus berangkat tour, saya masih sempat mencicipi beberapa bakpao. Happy ending deh pokoknya hehe. 
Dining Room @ Holiday Inn Express
Setelah itu kami berkumpul di depan lobby hotel untuk menunggu bis yang akan membawa kami ke menara TV. Pagi itu langit masih agak berkabut dengan angin yang dingin, brrrr....tapi paling tidak patut disyukuri karena tidak hujan. Pagi ini untuk pertama kalinya kami akan melihat wajah Shanghai yang lain, Shanghai yang baru dan modern di distrik Pu Dong, di sisi sebelah timur sungai Huang Pu. Di area ini penataan kotanya sudah serba modern, dengan rentetan bangunan pencakar langit yang banyak diantaranya merupakan kantor perusahaan-perusahaan multinasional. Kalau di distrik Pu Xi alias Shanghai lama saya kurang begitu terkesan, di area baru ini saya cukup terkesan.

Sesampainya di area menara TV, kami harus menunggu sementara tour guide membeli tiket masuk. Sambil menunggu, tentu saja saya tidak mau menyia-nyiakan waktu. Waktu tunggu ini saya manfaatkan untuk menikmati pemandangan sekitar dan foto-foto. Cuma sayang langit masih sedikit berkabut, sehingga foto-foto saya mengabadikan gedung-gedung pencakar langit kurang begitu jelas. Setelah tour guide kembali dari membeli tiket, kami segera memasuki area dalam menara. Di pintu masuk selain dijaga petugas keamanan juga dijaga oleh Bomb Dog, anjing berjenis Golden Retriever yang dilatih untuk membantu seandainya ada ancaman bom. Keadaan di dalam gedung serasa  seperti sedang berada di dalam mall saja. Ada deretan pertokoan, bahkan pameran mobil. Kami menuju ke lift untuk naik ke atas, ke viewing area setinggi 260 meter untuk melihat pemandangan kota Shanghai dari atas. di dalam lift ada petugas yang menyapa dan memberikan info singkat tentang gedung ini. Berhubung gedung ini merupakan objek wisata yang terkenal, tidak heran kalau pengelolaannya pun profesional. 
Shanghai TV Tower
Sesampainya di atas, kami diberi kebebasan untuk jalan-jalan sendiri. Sekali lagi, sangat disayangkan pagi itu masih berkabut sehingga pemandangan yang bisa dilihat menjadi tidak maksimal. Tapi berhubung ini masalah force majeure, lebih baik nikmati saja situasi yang ada. Teropong yang disediakan pun rasanya tidak akan terlalu besar manfaatnya di cuaca seperti ini. Saya berjalan mengelilingi viewing area ini, dan di suatu bagian, lantai sengaja dibuat dari kaca tebal yang tembus pandang supaya pengunjung bisa melihat pemandangan di bawah kaki mereka. Yang seperti ini kayaknya sedang menjadi trend, pencakar langit dengan ruang atau tempat dengan lantai transparan dari kaca untuk melihat pemandangan di bawahnya. Tersedia jasa pengambilan foto sambil berpose di area ini. Tidak murah, harus merogoh kocek sebesar 30 Yuan. Di atas sini juga terdapat restoran putar, tapi bisa ditebak menunya cukup mahal, sesuai lokasinya. Dan seperti standard tempat-tempat wisata, tempat ini pun dilengkapi dengan gift shop yang menjual souvenir dan aksesoris bertema menara ini dan sejenisnya.  Jangan tanya soal harga barang-barang yang dijual deh. Setelah selesai mengelilingi viewing area yang tidak begitu luas ini, kamipun turun kembali ke bawah. 
Pemandangan Shanghai dari viewing area TV Tower
Keluar dari gedung, peserta tour diberi kesempatan untuk mengambil foto dengan latar TV Tower ini dengan membayar 30 Yuan, dapat bonus bingkai. Foto ini sebenarnya hanya hasil editing di komputer, karena angle yang dipakai untuk mengambil foto jelas tidak memungkinkan untuk mengambil foto TV Tower ini secara keseluruhan. Tapi selama hasilnya bagus, para turis ini juga tidak perduli fotonya hasil edit atau bukan. Kebanyakan juga tidak mengerti soal ini :)

Ketika akhirnya kami meninggalkan area ini, tidak terasa hari sudah siang dan sudah waktunya makan siang. Oleh tour guide, kami dibawa ke sebuah restoran Thailand yang terletak di dalam sebuah gedung yang bernama Amanda Plaza. Makan masakan Thai di China? I know, mungkin layak masuk acara Ripley’s Believe It or Not hehe. But you know what? Sejauh perjalanan tour ini, inilah menu paling enak yang pernah saya santap! Ironis memang...Design interior restoran juga cukup menarik, membuat suasana santap siang waktu itu semakin komplit. Selesai makan siang, kami kembali ke bis untuk melanjutkan perjalanan kota berikutnya, Wuxi. Tapi menurut rencana, beberapa hari ke depan kami masih akan kembali ke Shanghai untuk naik kapal sambil menikmati pemandangan kota Shanghai di malam hari, yang belum sempat kami lakukan kali ini. So goodbye for now, Shanghai.
Thai food in China
 Tour guide pun berpamitan dengan kami karena tidak ikut ke Wuxi. Sesampai di sana akan ada tour guide lokal yang menjadi pemandu. Sepanjang perjalanan, tidak terlalu banyak pemandangan yang bisa dilihat selain rentetan gedung-gedung tinggi yang sedang dibangun. Kelihatannya sih bangunan-bangunan ini merupakan gedung-gedung apartment. Nama Wuxi sendiri kalau diterjemahkan artinya ‘tanpa timah’. Konon dulu daerah ini kaya akan timah, tapi karena sering ditambang persediaan timah akhirnya habis juga. Selang beberapa saat, kami akhirnya memasuki area kota Wuxi dan menjemput sang tour guide di tengah jalan. Setelah perkenalan singkat, kami langsung dibawa ke Three Kingdom City. Kompleks ini dulunya merupakan lokasi shooting film Three Kingdom alias Samkok versi China di tahun 1994, bukan yang versi Tony Leung dan Takeshi Kaneshiro. Kalau mereka memakai istilah ‘city’ alias kota, tidak terlalu berlebihan, karena kompleks ini sangat luas dan bisa dibilang seukuran kota kecil. Saking luasnya tempat ini, dan berhubung mayoritas peserta tour adalah kaum lansia, diputuskan untuk menyewa mobil listrik untuk mengelilingi kompleks ini.
Pintu masuk Three Kingdom City
Perhentian pertama, kami dibawa ke suatu live show barongsai. Cukup atraktif, tapi berhubung tidak beda jauh dengan yang sudah pernah saya lihat di Indonesia, kesannya menjadi tidak terlalu spesial. Setelah itu kami dibawa ke suatu kompleks yang dulu dipakai sebagai tempat tinggal Liu Bei, salah seorang tokoh legendaris Samkok. Di tempat ini pengunjung bisa menyewa pakaian tradisional yang biasa dipakai di lingkungan kerajaan, tapi sayangnya tidak dipaketkan dengan jasa foto. Jadi mereka yang menyewa baju harus foto-foto sendiri J Lingkungan di sekitar bangunan ini sangat mendukung untuk foto-foto karena ditanami dengan pohon berbunga indah. Berikutnya kami dibawa ke suatu area pertunjukkan live action yang merupakan penggalan cerita Samkok. Puluhan aktor memperagakan adegan perang ala Samkok di suatu area lapangan berlumpur. Berhubung saya tidak mengerti dan tidak bisa menangkap apa yang dikatakan oleh sang narator cerita melalui speaker, hanya bisa pasrah dan mencoba menikmati saja adegan action yang ada. 

Selesai pertunjukkan kami masih sempat mengunjungi suatu area kompleks lain, dimana terdapat replika gedung pengadilan jaman dulu. Mirip dengan yang biasa dipakai untuk shooting film bertema pengadilan, Judge Bao, yang dulu sempat populer di Indonesia. Selain itu kami juga sempat melihat shooting sebuah film yang sedang berjalan di kompleks ini. Tempat makan yang ada di sini mengingatkan saya dengan tempat makan yang biasanya menjadi setting film-film silat Mandarin. Setelah melewati area ini, perjalanan mengelilingi kompleks Samkok ini pun selesai. Menurut saya sih, penggemar berat cerita Samkok akan lebih bisa menikmati kunjungan ke tempat ini. Karena bagi mereka yang tidak mengerti sejarah dan cerita Three Kingdom yang legendaris ini, kunjungan ke kompleks ini hanya seperti melihat-lihat taman dan replika bangunan-bangunan China jaman dulu.

Next, dinner time! Restoran yang kami kunjungi tidak terlalu besar dan menunya juga biasa saja. Tidak ada yang istimewa yang bisa diceritakan. Selesai dinner kamipun diantar ke hotel untuk check in dan beristirahat. Dibandingkan dengan hotel di Beijing dan Shanghai, hotel ini lebih kecil dan kalah mewah. Hotel Vienna ini merupakan jaringan hotel lokal dengan beberapa cabang di Wuxi. Berhubung belum begitu malam, saya bermaksud untuk jalan-jalan di sekitar area hotel. Tapi ternyata tidak ada tempat yang bisa dikunjungi. Apa boleh buat, terpaksa kembali ke kamar. Tapi paling tidak, ada fasilitas internet gratis yang bisa dimanfaatkan sebelum tidur. Goodnite, Wuxi.

- SW - 


No comments:

Post a Comment